Kesaksian: Bagianku dan BagianNya

Saya ingin membagikan kebaikan-kebaikan Tuhan yang saya alami beberapa bulan terakhir ini. Dari bulan Januari tentu kita semua sudah tidak asing dengan kata-kata persembahan sulung, dimana kita diingatkan untuk memberikan semua penghasilan kita di bulan Januari untuk dipersembahan kepada Tuhan di bulan Februari. Saya bulatkan hati dan dengan hati rela tanpa paksaan mempersembahkan penghasilan saya bulan Januari kepada Tuhan, saya berjalan dengan iman dan percaya bahwa sepanjang bulan Februari saya dipelihara Tuhan sempurna.

Februari 2022 adalah hari raya Tahun Baru Imlek dimana biasanya setiap tahun orang-orang Hong Kong akan saling bersilahturami ke rumah keluarga / kerabat. Namun tahun ini karena pandemi Covid-19 gelombang ke-5 di Hong Kong sedang puncaknya, maka kali ini kunjungan tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, akibatnya saya yang biasanya menerima cukup banyak laisi (=red pocket money) dari para tamu majikan, maka kali ini saya hanya mendapatkan 2 laisi saja. Puji Tuhan.

Pada hari Imlek ke 8, tiba-tiba majikan mengundang beberapa saudara datang ke rumah untuk makan. Karena masih dalam suasana imlek, tamu-tamu ini kasih laisi juga. Dan.... Tuhan kita itu Tuhan yang suka memberi kita kejutan. Laisi yang saya terima dari beberapa tamu ini sama jumlahnya dengan yang biasanya saya bertamu dari rumah ke rumah seperti tahun-tahun lalu. Tuhan tidak pernah mau berhutang. Seketika dibayar lunas.

Dua minggu yang lalu saya gajian.  Karena saya lupa masukkan di kotak persembahan, persembahan persepuluhan saya masih ada di tas libur saya. Pagi tadi aku ambil uang itu dari amplop dan aku transfer ke bank. Saya pikir, saya nggak mau berhutang sama Tuhan. Plong sudah setelah saya transfer ke rekening gereja.

Tiba-tiba malam, ada sahabat saya yang minta agar saya menerima uang di TNG. Saya sempet tanya uang apa? Ternyata itu uang yang sudah kita sepakati dia mau bayar kalau kita sudah sama-sama di Indonesia. Sehari sebelumnya, saya ada kepikiran, menjelang lebaran ini ingin memberkati keponakan, membelikan baju, tapi uang nggak cukup.  Masa iya saya hutang uang persepuluhan. Tapi ternyata setelah saya transfer uang perpuluhan ke rekening gereja, saya malah dapat 2 kali lipatnya dari sahabat saya ini.

Ternyata sampai sebegitunya Tuhan itu "kepo" dengan hidup saya. Saya terharu dengan cara Tuhan yang luar biasa, di luar ekspektasi manusia seperti saya. Tuhan sungguh peduli.

Pernah juga saya mengalami benar-benar tidak ada uang, kemudian tiba-tiba ada sahabat saya lainnya yang juga yang membayar cicilan pinjamannya kepada saya.

Bahkan pernah saya mau paket barang ke Indonesia, butuh uang yang nggak sedikit, sudah berpikir untuk pinjam ke majikan, tiba-tiba ada rekan sekerja yang mengembalikan uang tanpa saya tagih. Sampai saya bilang sama rekan saya ini, ‘Saya malu sama Tuhan, baru saya mau pinjam uang ke majikan, tiba-tiba sudah sampean lunasi pinjamannya.’  Sungguh tidak bisa saya bayangkan, seandainya saya tidak punya Tuhan Yesus, masihkan saya alami pemeliharaan yang seperti ini?

Dalam kehidupan saya, saya memang masih jauh dari kata saya orang baik-baik. Tapi saya punya Tuhan yang sungguh baik. Tuhan Yesus namanya.  Soal orang yang punya pinjaman ke saya, saya tidak pernah singgung apa-apa di sosial media. Dekat saja sama Tuhan, Tuhan yang akan ingatkan.  Mungkin kita bisa saja salah menulis status tentang hutang di status, yang melukai hati orang lain. Kita yang akan rugi sendiri; uang belum kembali dan kita mungkin jadi renggang bersahabat.

Belajarlah untuk mengenal pribadiNya Tuhan. Tuhan sebenarnya sangat, sangat, sangat ingin memberkati kita ini berlimpah-limpah. Tuhan tidak tahan untuk menahan berkat-berkat itu dicurahkan buat anak-anakNya.Kuncinya, melekat kepada sumber berkat, kepada si Pemberi Berkat. Bukan kepada berkatnya. Haleluya!

Esther Budi

Previous
Previous

Kesaksian: Mendapat paradigma yang baru dan nyanyian baru

Next
Next

Kesaksian: Diremukkan & Dibentuk