Kesaksian: Diremukkan & Dibentuk

Puji nama Tuhan untuk segala perbuatanNya yang ajaib yang telah Dia perbuat untuk menjadi pembela setiap kita. Amin.

 Saya mau menyaksikan karya Tuhan yang luar biasa di sepanjang hari-hari kita di Penny's Bay.  Proses keberangkatan semua hampir sama, majikan tentu shock dan otomatis keluar larangan ke gereja ke depannya, karena majikan sedang merintis usaha dan anak majikan sedang persiapan memilih Universitas.

Sabtu, 8 Januari jam 11 malam saya sekeluarga majikan dijemput, dan sampai di tempat karantina jam 1.15 dini hari. Saat masuk kamar dan membuka pintu saya cuma bilang 'Shalom' dan saya mulai beres-beres.  Sekitar jam 3, semua selesai dan saya doa, mau tidur, tiba-tiba muncul kata dalam hati, apa yang menjadi kesukaanmu, seketika bisa menjadi ratapan.  Doa saya menjadi sangat singkat, saya hanya menangis dan saya sadar betapa saya seperti sedang dipisahkan dari apa yang menjadi hobby dan kesukaan saya.

“Aku berpegang pada peringatan-peringatan-Mu, dan aku amat mencintainya.” Mazmur 119:167

Ayat ini seringkali saya baca dan seringkali juga saya merasa belum jadi pelakunya. Tapi kali ini sepertinya saya sedang dituntun sama Tuhan, melewati jalan-jalan kemustahilan yang tidak mungkin saya hadapi dengan kekuatan sendiri.

Dalam kamar yang hanya ada saya sendiri 24 jam, disitu saya menemukan siapa saya ini. Dalam quotes hari itu juga ditulis : apa yang kau lakukan sendirian, menunjukkan karaktermu.  ‘Jleb..!’ saya merasa kalimat ini menusuk di hati saat membacanya.  Seringkali Tuhan ingatkan, ‘Bud kamu salah nih,’ tapi masih juga saya tawar menawar sama Tuhan. Saya mendapatkan banyak kebebasan di rumah majikan saya.  Bebas keluar untuk belanja, ketemu teman, atau keperluan-keperluan mendadak lainnya, hingga semua kebiasaan itu menjadi kesukaan yang harus aku lakukan tiap hari. Kalau sehari nggak turun keluar kemana gitu, rasanya kurang pas.  Lalu tiba-tiba saya dikurung di kamar seperti ini, yang otomatis membuat saya stress mendadak.  Jujur suhu tubuh saya selama karantina selalu diatas 37. Bahkan pas dicek petugas pernah 37,6. Sepanjang malam itu ada 3 kali cek suhu. Hati udah deg deg-an juga, kuatir gimana-gimana.  Kembali diingatkan Tuhan, tidak semua yang kamu sukai itu baik, saat kamu menyukai hobbymu melebihi kamu menyukaiKu, Aku (Tuhan) bisa mengubahnya jadi tangisan. Dan benar, saya sering diam-diam menangis. Minta ampun sama Tuhan. Orang menilai saya mungkin kuat, terimakasih untuk penilaian positif itu. Karena jujur, teman-teman saya banyak yang sharing dan menghadapi hal yang sulit dengan majikannya. Jadi saya harus bersikap tenang, membantu mereka.

Bersyukur memiliki Tuhan Yesus yang selalu melihat diri kita dengan jelas. Bahkan hal-hal yang tersembunyi Tuhan tahu. Tuhan tidak tidur. Bahkan saat kita melihat seakan Tuhan tidak bertindak apapun, Tuhan itu tetap bekerja. Dan waktunya tidak pernah terlambat.

Puji Tuhan untuk keputusan majikan yang melarang libur ke gereja, tiba-tiba berubah. Dia bilang, aku tahu gereja itu tempat favoritmu, bagaimana mungkin aku bisa melarangmu. Hanya sementara ini jangan dulu. Setelah imlek setelah semua reda, pergilah beribadah. Saking saya bahagia, saya lupa bilang thank you. Tapi saya sudah nangis duluan... Tuhan Yesus baik.

Sembilan hari saya diremukkan untuk lebih mencintai hadiratNya dan benar-benar pola pikir saya dirubah. Saya sangat diberkati dengan lagu baru Kak Felicia. Lirik demi lirik sangat menguatkan.

Di dalam lembah kekelaman
Di tengah kedahsyatan malam
Kuberlari kepadaMu
Kau Tuhan jawaban hidupku

Seribu rebah di sisiku
Sepuluh ribu di kananku
Oh Yesusku, perlindunganku
Hatiku melekat padaMu

Bagi Tuhan, apa sih yang sulit?? Bahkan hati yang keraspun dengan mudah Dia rubah menjadi lembut. Dan ini juga akan terjadi buat semua teman-teman yang dilarang majikan datang beribadah. Tuhan sanggup merubah ratapan kita menjadi sukacita. Gereja kita tidak akan sepi, tapi Tuhan yang akan membawa tuaian yang besar masuk ke dalamnya. Amin.

 Kesaksian : Esther Budi Luciana

Previous
Previous

Kesaksian: Bagianku dan BagianNya

Next
Next

Kesaksian: Tanah Persembunyian